Saat ini, ojek online menjadi primadona bagi masyarakat kota-kota besar. persaingan bisnis layanan transportasi berbasis aplikasi online, khususnya layanan ojek online kian memanas.
sikut-menyikut antar perusahaan juga terjadi. Dari peningkatan pelayanan hingga memberikan fasilitas yang lebih baik kepada para pengemudi, agar tetap setia menjadi mitra mereka dan bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen.
Berawal dari go-jek yang Gojek menerbitkan Program Swadaya. Dengan adanya program tersebut, para pengemudi mendapatkan pelatihan berkendara, hingga mendapatkan akses ke layanan perbankan dan asuransi.
Tak lama, grab pun menghadirkan program serupa yaitu Top Patners. Nantinya setiap para pengemudi yang ingin mengikuti program top partners, harus mempunyai rating minimal 4,6, tidak membatalkan orderan lebih dari 20 persen order yang ia telah terima, serta harus menjalankan minimal 85 persen dari order yang mereka terima.
Persaingan pun dirasakan tidak hanya sesama sesama ojek online. tukang ojek pangkalan maupun supir angkutan merasa rugi dengan kehadiran ojek online.
Hampir seluruh ojek pangkalan mengalami penurunan pendapatan sehari-hari.
"Semenjak ada ojek online, pendapatan sehari-hari saya menjadi turun. Yang biasanya sehari bisa dapat 200rb, sekarang paling banyak dapat 100rb" ujar Iwan, supir angkot Citayam.
Salah satu perusahaan transportasi berbasis Online (Uber), kini sudah mulai tenggelam. hal ini diperkirakan karena sistem Uber yang tidak memberikan fix fare (harga yang pasti), sehingga membuat konsumen bingung untuk membayar jasa mereka.
Komentar